Jakarta, 3 Juni 2013 --- Sektor pariwisata pada kuartal pertama (Januari-April) 2013 tumbuh positif meski perekonomian global masih dilanda ketidakpastian serta tingkat persaingan bisnis pariwisata khususnya di kawasan ASEAN yang semakin ketat. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada kuartal pertama 2013 sebanyak 2.664.176, atau naik 5,3% dibandingkan periode yang sama 2011 yakni 2.529.896 wisman.
Bila dilihat data perbulan, kunjungan wisman di bulan April 2013 naik 3,2% dibandingkan 2013 dari 626.100 wisman menjadi 646.117 wisman. Pertumbuhan di April 2013 merupakan kontribusi dari kenaikan wisman dari Timur Tengah, Rusia, dan RRT yang mengalami pertumbuhan tinggi masing-masing di atas dua digit.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyebutkan, pada April 2013 berdasarkan kebangsaan wisman yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan April 2012 yakni; Uni Emirat Arab sebesar 159,6%, Arab Saudi (37,2%), Mesir (28,5%), Rusia (26,6%), dan RRT (26,6%). Sedangkan pertumbuhan tertinggi secara kumulatif Januari-April 2013 adalah Uni Emirat Arab sebesar (86,4%), Mesir (22,6%), Arab Saudi (18,1%), India (15,3%), dan Thailand (13,6%).
Menurut analisa Direktorat Pengembangan Pasar Kemenparekraf, meski bulan Apil adalah low season namun pariwisata tetap tumbuh karena banyaknya kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) melakui kegiatan konvensi dan insentif baik di Jakarta, Bali maupun kota-kota besar lainnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menyatakan kenaikan wisman asal Timur Tengah disebabkan tingginya frekuensi penerbangan dari wilayah tersebut ke Indonesia. “Ini membuktikan seat capacity berperan penting untuk meningkatkan jumlah wisman karena ada lebih kurang 28 kali penerbangan perminggu dari kawasan Timur Tengah ke Indonesia,” jelas Mari Pangestu.
Meski ada kenaikan tinggi dari Timur Tengah dan dengan terbatasnya anggaran pemasaran, Mari Pangestu mengungkapkan akan tetap fokus membidik pasar-pasar yang menunjukkan kontribusi terbesar dan pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu Singapura, Malaysia Australia, China dan Taiwan. Mari Pangestu juga menggarisbawahi stabilnya pertumbuhan wisman asal Eropa yang berkunjung ke Indonesia hingga kuartal pertama 2013 meski kawasan tersebut belum pulih sepenuhnya dari krisis perekonomian global.
Infrastruktur dan kualitas pelayanan yang semakin baik meningkatkan lama tinggal dan pengeluaran wisman sehingga perolehan devisa pariwisata semakin besar. Tahun 2012 lalu dari jumlah kunjungan wisman sebesar 8,04 juta dengan rata-rata lama tinggal 7,7 hari dan pengeluaran US$ 1.133 per orang per kunjungan, perolehan devisa pariwisata mencapai US$ 9,120 miliar, sementara tahun ini perolehan devisa pariwisata diharapkan akan meningkat seiring naiknya target wisman 2013 yakni; target pesimistis 8,3 juta, target moderat 8,6 juta, dan target optimistis 8,9 juta wisman.
Kunjungan wisnus
Wisatawan nusantara (wisnus) menjadi kekuatan pariwisata nasional karena kontribusi dari pengeluaran wisnus terhadap perekonomian nasional cukup signifikan. Tahun 2012 jumlah perjalanan wisnus sebesar 245 juta dengan rata-rata pengeluaran Rp 700 ribu per orang memberikan kontribusi sebesar Rp 171,5 triliun atau dua kali lipat lebih besar dari perolehan devisa wisman.
Mari Pangestu mengatakan, dari data Nesparnas 2011 ada 4 provinsi dengan daya tarik wisata tertinggi yakni Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta. “Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan pusat budaya di Pulau Jawa sedangkan Jakarta dan Jawa Timur adalah pusat bisnis di Indonesia,” kata Mari Pangestu.
Menurutnya, selain menjadi daya tarik wisata tertinggi, Jakarta juga menjadi penyumbang pergerakan wisnus. Mari menyebutkan tiga provinsi yang melakukan perjalanan terbesar di luar provinsi adalah Jakarta sebesar 62% serta Yogyakarta dan Banten masing-masing sebesar 64% dan 65%.
Produksi film nasional meningkat 100%
Pada kesempatan jumpa pers bulanan Mari Pangestu juga menyampaikan perkembangan ekononomi kreatif. Untuk sub-sektor film terjadi peningkatan produksi film nasional pada Januari hingga Mei 2013 yang mencapai 48 judul atau naik 100% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 sebanyak 24 judul. “Melihat perkembangan ini kami optimistis jumlah produksi film nasional hingga akhir tahun 2013 akan mencapai 100 judul film,” paparnya.
Mari Pangestu mengatakan, selain kuantitasnya meningkat, dari sisi kualitas film nasional juga membanggakan dan tidak kalah dengan film internasional. Hal ini terbukti banyak film Indonesia yang menjadi perhatian dan mendapat apresiasi dalam festival film dunia. Misalnya, baru-baru ini dua film Indonesia masing-masing berjudul Rectoverso dan Sang Penari masuk dalam Cinepodes di Festival Film Cannes. Selama tiga hari pemutaran, film Sang Penari berhasil menarik 1.000 penonton dari berbagai negara yang hadir di Cannes.
Pada kesempatan itu Menparekraf juga melaporkan seputar perkembangan industri mode Indonesia yang bertekad akan menjadi trendsetter di Asia dan menjadi kiblat fesyen muslim dunia pada 2020 mendatang. “Brand fesyen Indonesia sudah masuk ke pasar global antara lain Major Minor masuk ke departemen store Harvey Nichols di London, Inggris. (Puskompublik)
Jl. Babarsari TB XV / 15 Yogyakarta 55281